Survey

Banyak Yang Sedang Kesepian dan Berpikiran Menyakiti Diri Sendiri? Cek Hasil Survei Kita Yuk!

Hai, apa kabar?
Pertanyaan ini sederhana tapi bisa jadi sedang kamu, atau orang sekitarmu butuhkan saat ini.

Setahun lebih pandemi, banyak orang nggak baik-baik saja. Bukan cuma kondisi fisik dan finansial yang terganggu, tetapi juga kesehatan mental. Namun, topik kesehatan mental masih jarang diobrolin di publik. Bahkan di Indonesia sendiri belum banyak penelitian soal itu.

Karena itulah, bulan Mei lalu, bertepatan dengan bulan kesehatan mental, Into The Light, sebuah komunitas pencegahan bunuh diri remaja di Indonesia, bekerja sama dengan Change.org Indonesia melakukan survei untuk cari tahu bagaimana kondisi psikologis dan penggunaan layanan kesehatan mental masyarakat Indonesia.

Selama kurang lebih sebulan melakukan survei daring, ada 5.211 orang yang mayoritas berdomisili di 6 provinsi di Pulau Jawa. Peserta survei beragam, dari segi jenis kelamin, usia, kondisi disabilitas, ketertarikan seksual dan status HIV. 

Berdasarkan hasil survey, kami menemukan hampir semua partisipan merasa kesepian dalam sebulan terakhir. Banyak yang bertanya, apakah rasa kesepian selalu mengarah ke pemikiran ingin melukai diri sendiri atau bahkan bunuh diri. Namun, ternyata tidak ada partisipan yang menjawab dengan benar mengenai mitos dan fakta bunuh diri. Artinya, pengetahuan partisipan tentang fakta dan penyebab bunuh diri masih sangat minim.  

Sementara mengenai layanan kesehatan mental, mayoritas partisipan lebih memilih orang terdekat, seperti anggota keluarga atau teman dekat ketika memiliki masalah kesehatan mental. Apakah pilihan ini tepat ketika mengalami masalah kesehatan mental? 

Cari tahu jawabannya dalam hasil survei ‘Apa Kabarmu’ di bawah ya.

Berdasarkan hasil survei, kesepian ini ditemukan merata di seluruh anggota kelompok umur, area domisili, suku, riwayat pendidikan, pekerjaan, agama, jenis kelamin, ketertarikan seksual, status HIV dan disabilitas (95% sampai 100% anggota setiap kelompok merasa kesepian).

Masih banyak stigma seputar kesehatan mental dan bunuh diri yang beredar di masyarakat. Tidak heran jika banyak informasi dan pemahaman mengenai bunuh diri di tengah masyarakat yang tidak benar atau sesat, menjadi mitos yang berulang-ulang.

Berdasarkan hasil survei, tidak ada partisipan yang menjawab dengan benar seluruh pertanyaan tentang fakta bunuh diri. Artinya, pengetahuan partisipan tentang fakta dan penyebab bunuh diri masih minim. 

Padahal, menanyakan keinginan bunuh diri kepada seseorang tidak akan memicu orang tersebut untuk mencoba bunuh diri. Justru, menanyakan hal tersebut dapat memberikan ruang bagi orang itu untuk menceritakan masalahnya, menindaklanjuti masalah yang dialami kepada psikolog/psikiater jika dirasa perlu, menjauhkan akses dari bahaya, serta membantu orang lain untuk menyelamatkan nyawanya.

Layanan kesehatan jiwa Puskesmas sudah terdapat di hampir semua kota besar di Indonesia. Bagi pemilik kartu BPJS, biaya konsultasi dan pengobatan untuk gangguan kejiwaan tertentu seperti gangguan depresi, skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan personaliti, dan perilaku kontrol impulsif, dapat ditanggung sampai dengan gratis. Namun, berdasarkan hasil survei:

Lebih dari setengah partisipan tidak pernah mengakses layanan kesehatan mental. Disaat memiliki pemikiran bunuh diri atau masalah kesehatan mental, mereka lebih memilih melakukan hal berikut:

Jika kamu tidak yakin apakah Puskesmas terdekat dari tempat tinggal kamu menyediakan layanan kesehatan jiwa, datangi langsung dan tanyakan. Tenaga kesehatan di Puskesmas akan mengarahkan kamu ke Puskesmas lain atau rumah sakit terdekat jika mereka tidak menyediakan tenaga profesional kesehatan jiwa.

Kamu bisa lihat informasi layanan lengkapnya di sini.

Written by
Change.org
August 4, 2021 3:32 am